Saturday, June 14, 2025

Swipe, Scroll, Repeat: Anak Muda dan Dunia Dua Dimensi

Aku bangun pagi , belum sempat gosok gigi, tangan sudah meraba telefon. Mata masih kabur, tapi jari ligat membuka Instagram, TikTok, dan Twitter. Aku bukan seorang saja. Ini rutin jutaan anak muda  bangun dalam dunia nyata, tapi hidup dalam dunia maya.

Media sosial hari ini bukan sekadar platform hiburan. Ia sudah jadi cermin identiti, medan ekspresi, dan pentas perbandingan. Di balik setiap gambar senyum, ada penat disorok. Di balik setiap video trending, ada usaha keras atau mungkin... sekadar lakonan.

Anak muda generasiku lahir dalam dunia dua dimensi, dunia yang penuh filter, algoritma dan 'likes' yang dikira macam nilai diri. Siapa yang banyak pengikut, dialah raja. Siapa yang sunyi dalam ruang digital, sering rasa ketinggalan. Aneh, kita makin ramai 'kawan' tapi makin kerap rasa sunyi.

Tapi media sosial bukan sepenuhnya gelap. Di sana juga anak muda bersuara. Tentang keadilan, krisis iklim, kesihatan mental, Palestin, pendidikan. Satu ciapan mampu gegarkan sistem. Satu video mampu ubah cara fikir satu generasi.

Namun, persoalannya , adakah kita memiliki media sosial, atau kita yang dimiliki olehnya? Adakah kita benar-benar bebas memilih, atau hanya menari mengikut rentak algoritma?


Anak muda perlu celik. Bukan hanya celik teknologi, tapi celik makna. Belajar guna media sosial sebagai alat, bukan tempat kita hilang arah. Gunakan untuk menyebar ilmu, bukan hanya konten kosong. Gunakan untuk merapatkan manusia, bukan hanya mencipta ilusi sempurna. Di akhir hari, hidup bukan tentang berapa ramai yang menekan ‘suka’... tapi tentang siapa yang benar-benar hadir bila kita perlu.


No comments:

Post a Comment

Dunia Hiburan Kita: Seni yang Hilang Atau Sekadar Kejar Trending?

Dulu, hiburan adalah pantulan budaya dan suara masyarakat. Tapi hari ini? Lebih ramai kejar viral berbanding nilai. Artis Atau Algoritma?  ...